Selasa, 27 April 2010

Fortifikasi Tingkatkan Imunitas Anak

Ribuan anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap hari dan kebanyakan kematian ini sebenarnya dapat dicegah. Penyebab paling banyak adalah pneumonia (radang paru) dan diare. Penelitian menunjukkan, tambahan mikronutrisi dalam makanan bayi akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Prevalensi kekurangan mikronutrien pada anak-anak usia prasekolah sangat tinggi di seluruh negara Asia. Laporan WHO tahun 2008 menyebutkan, kasus anemia di Indonesia sebanyak 44 persen, Malaysia 32,4 persen, Filipina 36,3 persen, dan Sri Lanka 29,9 persen.

Salah satu strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi dan anak balita adalah fortifikasi (penambahan nutrisi) pangan. Dalam riset yang dilakukan Prof Sunil Sazawal dari Departemen Kesehatan Internasional, John Hopkins University, diketahui, fortifikasi pangan dapat menurunkan angka kesakitan serta meningkatkan status nutrisi anak.

Penelitian Prof Sunil dilakukan di New Delhi, India, dengan memberikan fortifikasi mikronutrien vitamin A, C, E, zat besi, zinc, selenium, dan tembaga, dengan rasio tertentu pada 633 anak sehat berusia 1-3 tahun.

Anak-anak tersebut dibagi dalam dua kelompok, yakni yang mengonsumsi susu dengan fortifikasi dan anak yang minum susu biasa. Setelah satu tahun, diketahui anak yang minum susu dengan fortifikasi memiliki sistem daya tahan tubuh yang lebih baik.

Terbukti jumlah anak yang menderita diare 18 persen lebih rendah dan pneumonia 26 persen lebih rendah. Status gizi dan jumlah anak yang menderita anemia juga berkurang. Konsumsi antibiotik juga cenderung menurun karena hari sakit anak berkurang.

Suplementasi mikronutrien terbukti lebih efektif bila diberikan dalam makanan yang dikonsumsi anak balita, seperti biskuit, bubur bayi, ataupun susu. Hal ini juga sesuai dengan rekomendasi WHO. Kendati demikian, Prof Sunil menjelaskan bahwa suplementasi tidak diperlukan untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan karena masih mendapatkan ASI.

Pemberian fortifikasi mikronutrien juga perlu memerhatikan rasionya. "Ada reaksi klinis antara zat besi dan zinc, terutama dalam bentuk tablet. Pemberian fortifikasi lewat susu atau makanan bisa mengurangi dampak ini," papar Prof Sunil di Jakarta beberapa waktu lalu.DIPOSTKAN OLEH SHOWROOM CAHAYA INTAN MOTOR


www.cahayaintanmotor.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar